Jemaahtelah menghadiahkan kepada mereka tasbih tersebut dan mereka merasa sangat gembira. 9. Laporan satu jamaah lagi yang bergerak di Thursday Island. Di sana, 90% penduduknya adalah keturunan Islam. Tetapi amalan Islam telah lenyap dari diri mereka. Jemaah telah dibawa berjumpa seorang lagi wanita tua berusia lebih 80 tahun. JamaahTabligh didirikan oleh seorang Sufi dari tarekat Jisytiyah yang berakidah Maturidiyah [1] dan bermazhab fikih Hanafi. Ia bernama Muhammad Ilyas bin Muhammad Isma’il al-Hanafi ad-Diyubandi al-Jisyti al-Kandahlawi kemudian ad-Dihlawi. Al-Kandahlawi adalah nisbat kepada Kandahlah, sebuah desa yang terletak di daerah Sahranfur. Jaringan Jamaah Tabligh Pengikut Jamaah Tabligh tersebar di lima benua terdiri dari 215 negara. Adapun pusat Jamaah Tabligh berada di perkampungan Nidzammudin, Delhi, India. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikelilingi oleh 4 kuburan wali. Dari Niszamudin inilah gerakan Jamaah Tabligh dikendalikan. keaggotaan Jamaah Tabligh (Wawancara bersama Yadi (Pengikut J amaah Tabligh), 2018). “Sejak kecil saya tidak pernah salat dan saya tidak tahu banyak tentang ajaran agama Jumat 19 Agustus 2011 / 19 Ramadhan 1432H. Musyawarah pagi memutuskan saya untuk pergi ke daerah Depok. Usai bayan hidayah7 kemudian musyawarah antar jamaah, bada shalat Jumat 10 karkun8 menuju Depok. Saya pribadi belum begitu mengetahui adab-adab dalam perjalanan namun sebelum kami berangkat, salah satu karkun menyebutkan adab perjalanan. Keywords: Da'wah Movement, Tablighi Jama'ah, Women, Family Development Abstrak Jama’ah Tabligh merupakan gerakan dakwah yang mempunyai konsep gerakan dengan metode dakwah dan tabligh. Adapun karakteristik gerakan dakwah Jama’ah Tabligh yaitu : murni dan autentik (dzâtiyyâh), yakni autentik sebagai panggilan Tuhan, mendorong . FATWA PARA ULAMA SUNNAH TENTANG JAMA’AH TABLIGHPendahuluan Segala puji hanya untuk Allah semata, dan salawat dan salam atas Rasulullah dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya dan atas siapa yang mengikuti petunjuknya. Amma ba’ telah sampai kepada penyusun beberapa lembaran yang berisikan perkataan dua orang alim salafi Syaikh Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin, dimana sebagian orang Jamaah Tabligh ini menyebarkan dan membagi-bagikannya di kalangan orang yang tidak menmpunyai ilmu dan orang yang tidak mengetahui hakikat manhaj ajaran mereka yang batil dan aqidah mereka yang pada perkataan dua orang Syaikh itu terdapat apa yang melayani mereka. Sebenarnya, perkataan Syaikh Ibnu Baz berdasarkan kepada ungkapan dan pengakuan seorang tabligh atau orang simpatisan dengan mereka, ia menceritakan kepada Syaikh Ibnu Baz berbeda dengan apa yang mereka pegang, dan ia menggambarkan kepada Syaikh tentang mereka tidak seperti gambaran mereka yang sebenarnya. Apa yang kita katakan ini dipertegas oleh ucapan Syaikh Ibnu Baz sendiri, beliau berkata “Dan tidak diragukan lagi sesungguhnya manusia masyarakat sangat membutuhkan sekali kepada seperti pertemuan-pertemuan yang baik ini, yang berkumpul untuk mengingatkan kepada Allah dan dakwah mengajak kepada berpegang kepada agama Islam dan mempraktekan ajaran-ajrannya dan memurnikan tauhid dari bid’ah-bid’ah dan khurafat-khurafat”.Lihat fatwa beliau no 1007 tertanggal 17/8/1407, yaitu yang sekarang disebarkan oleh Jamaah TablighHal ini mengambarkan bahwasanya penulis pengakuan dan pernyataan itu sungguh telah menyebutkan pada pernyataannya itu, bahwa sesungguhnya jamaah ini mengajak kepada berpegang teguh dengan agama Islam dan mempraktekkan ajarannya serta memurnikan tauhid dari bid’ah-bid’ah dan khurafat-khurafat. Maka dengan sebab itulah Syaikh memuji seandainya penulis pernyataan itu mengatakan perkataan yang benar tidak berbohong tentang mereka, dan menggambarkan mereka sesuai dengan hakikat mereka yang sebenarnya, dan menerangkan ajaran mereka yang rusak, niscaya kita tidak melihat dari Imam Ibnu Baz yang salafi muwahhid yang bertauhid ini kecuali celaan pada mereka, dan tahdzir peringatan dari mereka dan dari bid’ah-bid’ah mereka seperti yang beliau lakukan dalam fatwa beliau terakhir tentang mereka yang dilampirkan dalam makalah dalam perkataan allamah Ibnu Utsaimin apa yang melayani mereka, lihatlah kepada perkataan beliau berikut ini “Catatan Jikalau perbedaan itu terdapat pada masalah-masalah aqidah maka wajiblah diperbaiki dan apa saja yang berbeda dengan mazhab salaf maka wajiblah diingkari dan ditahzir diperingatkan untuk menjauhi dari orang yang menempuh/melakukan apa yang menyelisihi mazhab salaf pada permasalahan fatwa Ibnu Utsaimin 2/939-944 sebagaimana yang ada dalam selembaran yang disebarkan oleh Jamaah Tabligh diragukan lagi sesungguhnya perbedaan antara salafiyin, ahlu sunnah dan tauhid dengan Jamaah Tabligh, adalah perbedaan yang kuat, dan dalam, tentang masalah aqidah dan manhaj.Karena, mereka itu adalah beraqidah Maturidiyah yang menghapus sifat-sifat Allah, mereka adalah sufi dalam masalah ibadah dan adab, mereka melakukan bai’at berdasarkan atas empat ajaran terikat sufiyah yang tenglam dalam kesesatan dan diantaranya, sesungguhnya ajaran sufi itu berdiri atas ajaran hululiayh Allah menyatu dengan Makhluk dan wihdatul wujud Allah dan makhluk itu satu, perbuatan syirik dengan kuburan, dan lainnya dari bentuk-bentuk ini, dapat dipastikan allamah Ibnu Utsaimin tidak mengetahuinya tentang mereka, kalau seandainya beliau mengetahui hal itu pasti ia telah menghukum mereka dengan kesesatan dan pasti beliau telah mentahdzir memperingatakan dari mereka dengan peringatan yang keras, dan tentu beliau telah menempuh jalan salafy terhadap mereka, seperti yang dilakukan oleh dua orang Syaikh beliau yaitu Imam Muhammad Bin Ibrahim dan Imam Ibnu seperti yang dilakukan oleh Syaikh Al-Albani, Syaikh Abdur Razzaq Afifi, Syaikh Fauzan, Syaikh Hamud At Tuwaijiri, Syaikh Taqiyuddin Al Hilali, Syaikh Sa’ad Al-Hushein, Syaikh Saifur Rahman dan Syaikh Muhammad Aslam. Dan mereka-mereka ini mempunyai karangan-karangan yang agung yang menerangkan akan kesesatan Jamaah Tabligh, dan bahayanya apa yang mereka pegang dari segi aqidah dan manhaj yang sesat, maka hendaklah orang yang mencari kebenaran merujuk kepada karangan-karangan itu. Dan sungguh Abdur Rahman Al Misri telah menarik kembali apa yang telah ia tulis berhubungan dengan pujiannya terhadap Jamaah Tabligh dan mengakui kesahalannya di hadapanku penulis.Adapun Yusuf Al-Malahi, beliau ini adalah diantara orang-orang yang ikut bersama mereka selama bertahun-tahun, kemudian ia menulis satu kitab tentang mereka, dengan menerangkan kesesatan mereka, rusaknya akidah mereka, kemudian sangat disayangkan sekali, ia kembali meninggalkan kebenaran dan fakta, dan ia telah menulis tentang mereka dalam kitabnya yang terakhir, sedang kitabnya yang pertama menyokongnya, dan apa yang telah ditulis oleh para ulama manhaj salaf tentang mereka mematahkan kebatilannya. Kaidah yang mulia mengatakan Jarh celaan lebih didahulukan atas ta’dil pujian, membantah setiap pujian yang keluar dari siapapun, jika kiranya orang-orang Jamaah Tabligh berpegang teguh kepada kaidah-kaidah islamy yang benar, dan menempuh jalan-jalan ahli ilmu dan penasehat, terhadap Islam dan oleh Syaikh Rabi bin Hadi Al Madkhali. Pada tanggal Tahdzir Peringatan Dari Jama’ah Tabligh Fatwa Terakhir Syaikh Abdul Aziz Bin Baz Tentang Tahdzir Peringatan Dari Jamaah Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz telah ditanya tentang Jamaah Tabligh, si penanya berkata “Wahai samahatu Syaikh, kami mendengar tentang Jamaah Tabligh dan dakwah yang mereka lakukan. Apakah Syaikh menasehatiku untuk bergabung dengan jamaah ini? Saya mohon diberi bimbingan dan nasehat, semoga Allah melipat gandakan pahala Syaikh”Maka Syaikh menjawab dengan mengatakan Setiap orang yang berdakwah kepada Allah maka ia adalah mubaligh, balighu anni walau ayah artiya “sampaikanlah dariku walau satu ayat”. Akan tetapi Jamaah Tabligh yang terkenal, yang berasal dari India ini, mereka memiliki khurafat-khurafat, mereka memiliki sebagian bid’ah-bid’ah dan perbuatan syirik, maka tidak boleh keluar berpergian bersama mereka, kecuali seorang yang memiliki ilmu, ia keluar untuk mengingkari perbuatan mereka, dan mengajar mereka. Adapun jikalau ia keluar untuk mengikuti mereka, maka jangan jangan keluar bersama mereka-pent.Karena mereka memiliki khurafat-khurafat, mereka memiliki kesalahan dan kekurangan dalam ilmu, akan tetapi jika ada jamaah dakwah selain mereka dari kalangan ahli ilmu dan ahli pemahaman, maka tidak mengapa-pent ia keluar bersama mereka untuk berdakwah kepada seseorang yang memiliki ilmu, dan pemahaman, maka ia keluar bersama mereka untuk memahamkan mereka, mengingkari kesalahan mereka, dan membimbing mereka kepada jalan yang baik, serta mengajar mereka, sehingga mereka meninggalkan mazhab ajaran yang batil, dan memegang mazhab ahli sunnah wal jamaah.”Maka hedaklah jamaah tabligh dan siapa yang simpati kepada mereka mengambil faidah dari fatwa ini yang menjelaskan kondisi mereka sebenarnya, akidah mereka, manhaj mereka dan karangan-karangan pemimipin mereka yang mereka ikuti.[Saya mentankskripkan dari kaset dengan judul Fatwa samahatus Syaikh Abdul Aziz Bin Baz ala Jamaatu Tabligh, fatwa ini dikeluarkan di Taif kira-kira dua tahun sebelum beliau wafat, dan di dalamnya terdapat bantahan terhadap kekeliruan Jamaah Tabligh terhadap perkataan yang lama yang bersumber dari Syaikh, sebelum jelas baginya akan hakikat kondisi dan manhaj mereka]Jama’ah Tabligh dan Ikhwan Tergolong Dari 72 Golongan Firqah Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz telah ditanya Semoga Allah berbuat baik kepada Anda, hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, tentang berpecahnya umat-umat yakni sabda beliau “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan kecuali satu”. Apakah Jamaah Tabligh dengan kondisi mereka yang memiliki beberapa kesyirikan dan bid’ah, dan Jamaah Ikhwan Muslimin dengan kondisi mereka yang memiliki sifat hizbiyah berkelompok, dan menentang penguasa, serta tidak mau tanduk dan patuh, apakah dua golongan ini masuk ? ke dalam hadits tadi-pent”.Maka Syaikh menjawab “Dia masuk dalam 72 dolongan ini; siapa yang menyelisihi akidah ahli sunnah maka ia telah masuk kepada 72 golongan. Maksud dari sabda beliau umatku adalah umat ijabah artinya mereka yang menerima dan menampakkan keikutan mereka kepada beliau, tujuh puluh tiga golongan, yang lolos dan selamat adalah yang mengikuti beliau dan konsekwan dalam agamanya. Dan tujuh puluh dua golongan, di antara mereka ada bermacam-macam, ada yang kafir, ada yang bermaksiat dan ada yang berbuat bid’ah”.Lalu si penanya berkata “Maksudnya kedua golongan ini Jamaah Tabligh dan Ikhwan termasuk dari tujuh puluh dua ?Syaikh menjawab “Ya. Termasuk dari tujuh puluh dua, begitu juga Murjiah dan lainnya, Murjiah dan Khawarij. Oleh sebagain ahli ilmu memandang Khawarij tergolong dari orang kafir yang keluar dari Islam, akan tetapi ia termasuk dari keumuman tujuhpuluh dua dari pelajaran beliau dalam Syarh al Muntaqa di kota Taif, ini terdapat di dalam kaset rekaman, sebelum beliau wafat kira-kira dua tahun atau kurangHukum Khuruj Keluar Bersama Jama’ah Tabligh. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz telah ditanya “Saya telah keluar bersama Jamaah Tabligh ke India dan Pakistan, kami berkumpul dan shalat di mesjid-mesjid yang di dalamnya terdapat kuburan, dan saya mendengar bahwa shalat di mesjid yang di dalamnya terdapat kuburan, maka shalatnya batal tidak sah, apakah pendapat Syaikh tentang shalat saya, apakah saya mengulanginya, dan apa hukum khuruj keluar bersama mereka kepada tempat-tempat seperti ini?Jawaban “Bismillah walhamdulillah, amma ba’du Sesungguhnya Jamaah Tabligh, mereka tidak mempunyai ilmu dan pemahaman dalam masalah-masalah akidah, maka tidak boleh keluar khuruj bersama mereka, kecuali bagi orang yang memiliki ilmu dan pemahaman tentang akidah yang benar yang dipegang teguh oleh ahli sunnah wal jamaah, sehingga ia membimbing, dan menasehati mereka, serta bekerja sama dengan mereka dalam kebaikan, karena mereka gesit dalam beramal, akan tetapi mereka butuh penamahan ilmu dan butuh kepada orang yang akan memahamkan mereka dari kalangan ulama-ulama tauhid dan sunnah. Semoga Allah menganugerahkan kepada semua akan pemahaman dalam agama dan konsekwen di shalat di dalam mesjid-mesjid yang di dalamnya ada kuburan, maka shalatnya tidak sah, dan kamu wajib mengulangi shalat yang kamu kerjakan di mesjid-mesjid itu, karena Nabi bersabda “Allah telah melaknat Yahudi dan Nasrani yang mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai mesjid”. muttafaqun alaihi. Dan sabda Beliau أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ“Ingatlah sesungguhnya orang sebelum kalian, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi dan orang-orang shaleh mereka sebagai mesjid, ingatlah, maka janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan sebagai mesjid, sesungguhnya saya melarang kalian akan itu“. [Hadits Riwayat Muslim]Dan hadits-hadits pada hal ini sangatlah banyak, wa billahi taufiq, semoga Allah menanugerakan salawat dan salam atas nabi kita Muhammad dan atas keluarganya serta sahabatnya. Fatwa tertanggal 2/11/1414HSekitar perkataan Syaikh Abdul Aziz Bin Baz “Maka tidak boleh khuruj keluar bersama mereka, kecuali orang yang mempunyai ilmu dan pemahaman tentang akidah yang shahih yang dipegang teguh oleh ahli sunnah wal jamaah, sehingga ia bisa membimbing dan menasehati mereka serta bekerja sama dengan mereka untuk melakukan kebajikan.”Penyusun mengatakan Semoga Allah merahmati Syaikh, kalaulah mereka itu mau menerima nasehat, dan bimbingan dari ahli ilmu, tentulah tidak ada halangan untuk keluar khuruj bersama mereka, akan tetapi realita yang membuktikan bahwasanya mereka tidak mau menerima nasehat dan tidak mau meninggalkan kebatilan mereka. Disebabkan ta’asub fanatik dan sikap menuruti hawan nafsu mereka yang mereka menerima nasehat-nasehat para ulama, niscaya mereka telah meninggalkan manhaj mereka yang batil dan pastilah mereka telah menempuh jalan ahli tauhid dan seandainya permasalahannya seperti itu, maka tidaklah boleh khuruj keluar bersama mereka, sebagaimana sikap itu merupakan sikap manhaj salafusholeh yang berpengang kepada kitab dan sunnah dalam mentahdzir memperingatkan dari ahli bid’ah dan dari bergaul serta bermajlis dengan mereka, karena hal itu adalah menambah banyaknya keanggotaan mereka, dan membantu dan memperkuat tersebarnya kesesatan mereka, dan hal itu adalah pengkhianatan terhadap agama Islam dan kaum muslimin, terpedaya oleh mereka dan kerja sama dalam melakukan dosa dan melampaui mereka itu melakukan bai’at berdasarkan atas 4 macam tarikat ajaran sufi yang di dalamnya terdapat keyakinan hululiyah Allah menepati makhluk dan wahdatul wujud Allah dan makhluk satu serta syirik dan bid’ Lajnah Daimah Tentang Jama’ah Tabligh. No fatwa 17776, tertanggal 18/3/1416 penanya Muhammad Kahlid Al Habsi bertanya setelah ia mengemukakan pertanyaan pertama, sebagai berikut Pertanyaan Kedua “Saya pernah membaca beberapa fatwa Syaikh Ibnu Baz. Dan Syaikh mendorong / mengajak pelajar penuntut ilmu untuk keluar khuruj bersama Jamaah Tabligh, dan alhamdulillah kami telah khuruj bersama mereka, dan kami memetik faidah yang banyak, akan tetapi, wahai Syaikh yang mulia, saya melihat sebagian amalan yang dikerjakan-pent tidak ada tercantum di dalam Kitabullah dan sunnah rasul-Nya seperti Membuat lingkaran di dalam mesjid pada setiap dua orang atau lebih, lalu mereka saling mengingat sepuluh surat terakhir dari Al Quran, dan konsisten dalam menjalankan amalan ini dengan cara seperti ini pada setiap kali kami khuruj keluar.Ber’itikaf pada seriap hari Kamis dalam bentuk terus hari untuk khuruj, yaitu tiga hari dalam satu bulan, empat puluh hari setiap tahun dan empat bulan seumur doa berjamaah setiap setelah bayan pelajaran. Bagaimanakah wahai Syaikh yang mulia, jika seandainya saya keluar bersama jamaah ini, dan saya melakukan amalan-amalan dan perbuatan ini yang tidak pernah terdapat di dalam kitabullah dan sunnah rasul, ketahuilah wahai Syaikh yang mulia, sesungguhnya merupakan hal yang sangat sukar sekali untuk merobah metode manhaj ini. Beginilah cara dan metode mereka seperti yang diterangkan di “Apa yang telah anda sebutkan dari perbuatan jamaah ini Jamaah Tabligh seluruhnya adalah bid’ah, maka tidak boleh ikut serta sama mereka, sampai mereka berpegang teguh dengan manhaj kitab dan sunnah serta meninggalkan bid’ah-bid’ah.”Tertanda Ketua Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. Anggota Abdul Aziz bin Abdullah Ali Syaikh. Anggota Sholeh bin Fauzan Al Fauzan. Anggota Bakr bin Abdullah Abu Syaikh Alaamah Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh Fatwa Syaikh Alaamah Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh tentang tahdzir peringantan dari jamaah tabligh.“Dari Muhammad bin Ibrahim kepada hadapan pangeran Khalid bin Su’ud, pimpinan kantor kerajaan yang terhormat, assalamu’alikum warahmatullah wabarakatu dan selanjutnya Sungguh saya telah menerima surat Pangeran no 36/4/5-d, tertanggal 21/1/1382 H beserta lampirannya, hal itu adalah harapan yang diangkat kepada hadapan dipertuan agung Raja yang terhormat, dari Muhammad Abdul Majid Al Qadiri, Syah Ahmad Nurani, Abdus Salam Al Qadiri dan Su’ud Ahmad Ad Dahlawi, sekitar permohonan mereka minta bantuan untuk proyek organisasi mereka yang mereka namakan Kuliah Da’wah Tabligh Al Islamiyah dan begitu juga buku-buku kecil yang dilampirkan bersama surat mereka. Saya mengemukakan kepada hadapan Pangeran, bahwasanya organisasi ini tidak ada kebaikan di dalamnya, karena sesungguhnya ia adalah organisasi bid’ah dan sesat. Dan dengan membaca buku-buku kecil yang dilampirkan dengan surat mereka, maka kami telah menemukan buku-buku itu mengandung kesesatan, bid’ah dan dakwah ajakan kepada mengibadati kubur dan syirik. Hal itu adalah perkara yang tidak mungkin didiamkan. Oleh karena itu kami insya Allah akan membalas surat mereka dengan apa yang mungkin menyingkap kesesatan mereka dan membantah kebatilan mereka. Dan kita mohon kepada Allah semoga Dia menolong agama-Nya, dan mengangkat kalimat-Nya, wassalamu’alikum warahmatullah”. S-M-405 pada tanggal 29/1/1382H.Rujuklah ke Kitab Alqaulul Baligh fit Tahdzir Min Jamaatit Tabligh, oleh Syaikh Hamud At Tuwaijiri halaman 289Fatwa Syaikh Alaamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani Fatwa Syaikh Alaamah Muhammad Nashiruddin Al Albani tentang Jamaah pernah ditanya “Apakah pendapat Syaikh tentang Jamaah Tabligh, apakah boleh bagi pelajar penuntut ilmu atau lainnya untuk khuruj keluar bersama mereka dengan dalih berdakwah kepada Allah ?Maka beliau menjawab Jamaah Tabligh tidak berdiri berdasarkan atas manhaj kitabullah dan sunnah rasul-Nya alaihi salawat wa salam, dan apa yang dipegang oleh salafuu seandainya perkaranya seperti itu, maka tidaklah boleh khuruj bersama mereka, karena hal itu bertentangan dengan manhaj kita dalam menyampaikan manhaj salafus dalam medan dakwah kepada Allah, yang keluar itu adalah orang yang berilmu, adapun orang-orang yang keluar bersama mereka, yang wajib mereka lakukan adalah untuk tetap tinggal di negeri mereka dan memperlajari ilmu di mesjid-mesjid mereka, sampai-sampai mesjid-mesjid itu mengeluarkan ulama yang melaksanakan tugas dalam dakwah kepada selama kenyataanya masih seperti itu, maka wajiblah atas penuntut ilmu pelajar untuk mendakwahi mereka-mereka itu Jamaah Tabligh-pent di dalam rumah mereka sendiri, agar mempelajari kitab dan sunnah dan mengajak manusia mereka -yakni Jamaah Tabligh- tidak menjadikan dakwah kepada kitab dan sunnah sebagai dasar umum, akan tetapi mereka mengatagorikan dakwah ini sebagai pemecah. Oleh karena itu, maka mereka itu lebih cocok seperti Jamaah Ikhwan mengatakan bahwa dakwah kami berdiri atas kitab dan sunnah, akan tetapi ini hanya semata-mata ucapan, sedangkan mereka tidak ada akidah yang menyatukan mereka, yang ini Maturidi dan yang itu Asy’ari, yang ini sufi dan yang itu tidak punya karena dakwah mereka berdiri atas dasar bersatu, berkumpul, kemudian pengetahuan. Pada hakikatnya mereka tidak mempunyai pengetahuan sama sekali, sungguh telah berjalan bersama mereka waktu lebih dari setengah abad, tidak pernah seorang alim pun yang lahir di tengah-tengah kita, maka kita mengatakan Berpengetahuan dulu, kemudian berkumpul, sehingga perkumpulan itu berada di atas pondasi yang tidak ada perbedaan di Jamaah Tabligh adalah sufi moderen, yang mengajak kepada akhlak. Adapun memperbaiki akidah masyarakat, maka mereka itu tidak bergeming, karena dakwah ini memperbaiki akidah -sesuai dengan prasangka mereka- memecah sungguh telah terjadi koresponden antara akh Sa’ad Al Hushain dan pemimpin Jamaah Tabligh di India atau Pakistan, maka jelaslah darinya bahwa sesungguhnya mereka itu menyetujui tawasul, dan istighatsah dan banyak hal-hal lain yang sejenis ini. Dan mereka meminta kepada anggota mereka untuk membai’at di atas emapat macam terikat ajaran, diantaranya adalah An Naqsyabandiyah, maka setiap orang tabligh seyogyanya untuk membai’at di atas dasar mungkin seorang akan bertanya Sesungguhnya Jamaah ini, disebabkan usaha anggota-anggotnya telah kembali insaf dan sadar kebanyakan manusia kepada Allah, bahkan mungkin melalui tangan-tangan mereka kebanyakan orang non muslim telah masuk Islam. Apakah ini sudah cukup sebagai dalih bolehnya untuk keluar dan bergabung bersama mereka pada apa yang mereka dakwahkan?Maka kita katakan “Sesungguhnya ucapan-ucapan ini sering kami ketahui dan kami dengar dan kami dengar juga dari orang-orang sufi!!. Ini bagaikan Ada seorang Syaikh akidahnya rusak, dan tidak pernah mengetahui sedikitpun tentang sunnah, bahkan ia memakan harta orang dengan cara batil tidak sah…. Disamping itu banyak orang yang fasik yang berdosa bertaubat lewat tangannya….!Maka setiap jamaah yang mengajak kepada kebajikan pasti mempunyai pengikut, akan tetapi kita harus melihat kepada intisari permasalahan, kepada apakah yang mereka mengajak / berdakwah? Apakah kepada mengikuti kitabullah dan hadits Rasul, kepada akidah salafus sholeh, tidak ta’ashub fanatik mazhab, dan mengikuti sunnah, dimanapun dan sama siapapun?Maka Jamaah Tabligh, mereka tidak memiliki manhaj ilmu, akan tetapi manhaj mereka sesuai dengan tempat dimana mereka berada, mereka berubah warna dengan setiap Fatwa Imaratiyah, karangan Al Albani soal no 73 hal 38Fatwa Syaikh Alaamah Abdur Razzaq Afifi Syaikh ditanya tentang khuruj Jamaah Tabligh dalam rangka mengingatkan manusia kepada keagungan Syaikh berkata “Pada kenyataannya, sesungguhnya mereka adalah mubtadi’ orang yang membuat bid’ah yang memutar balikkan serta pelaku tarikat ajaran Qadariyah dan lainnya. Khuruj mereka bukanlah di jalan Allah, akan tetapi di jalan Ilyas pendiri Jamaah Tabligh-pent, mereka tidak mengajak kepada kitab dan sunnah, akan tetapi mengajak kepada Ilyas Syaikh mereka di khuruj dengan tujuan dakwah kepada Allah, itulah khuruj di jalan Allah, dan ini bukan khurujnya Jamaah mengetahui Jamaah Tabligh sejak zaman dahulu, mereka itu adalah pembuat bid’ah di manapun mereka berada, di Mesir, di Israil, di Amerika, di Saudi, semua mereka selalu terikat dengan syaikh mereka yaitu Ilyas”.Fatawa dan Rasail oleh samahatu Syaikh Abdur Razzaq Afifi 1/174Fatwa Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Syaikkh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan telah ditanya “Apakah pendapat Syaikh tentang orang yang keluar khuruj ke luar Kerajaan Saudi untuk berdakwah, sedangkan mereka belum pernah menuntut ilmu sama sekali, dan mereka memberikan motivasi untuk itu, dan mereka elu-elukan syi’ar yang aneh, dan mendakwakan sesungguhnya siapa yang keluar di jalan Allah untuk berdakwah, maka Allah akan memberinya ilham. Mendakwakan sesungguhnya ilmu itu bukanlah syarat yang Syaikh mengetahui bahwa di luar kerajaan Saudi ini akan ditemukan aliran-aliran dan agama-agama serta pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan kepada si Anda melihat wahai Syaikh yang mulia, sesungguhnya orang yang keluar di jalan Allah itu harus mempunyai senjata agar bisa menghadapi masyarakat, terkhusus di timur Asia, dimana mereka memerangi / membenci pembaharu dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab? Saya mohon jawaban atas pertanyaan saya ini agar manfaatnya menyebar.”Jawaban. Khuruj keluar di jalan Allah, bukanlah khuruj yang mereka maksudkan sekarang. Khuruj keluar di jalan Allah adalah keluar untuk berperang. Adapun apa yang mereka namakan dengan khuruj itu, sesungguhnya ini adalah bid’ah yang tidak pernah datang dari keluar untuk berdakwah kepada Allah, tidaklah dibatasi pada hari-hari tertentu, akan tetapi berdakwah kepada Allah sesuai dengan kesempatan dan kemampuannya, tanpa harus terikat dengan jamaah atau terikat dengan empat puluh hari atau kurang atau begitu juga, di antara yang wajib atas seorang dai, ia haruslah mempunyai ilmu, seseorang tidak boleh berdakwah kepada Allah sedangkan ia bodoh tidak berilmu, Allah berfirman قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ“Inilah jalanku, yang aku mengajak kepada Allah di atas pengetahuan”Yaitu atas ilmu, karena seorang dai mesti mengetahui apa yang akan didakwahinya, berupa hukum-hukum yang wajib, yang sunat, yang haram dan yang makruh. Dia harus mengetahui apa itu syirik, maksiat, kekufuran, kefasikan, kemaksiatan. Dan harus mengetahui tingkat-tingkat pengingkaran, dan bagaimana cara yang menyebabkan disibukan dari menuntut ilmu adalah perkara yang batil salah, karena menuntut ilmu itu adalah fardu kewajiban, dan ilmu itu tidak bisa didapatkan kecuali dengan cara belajar, tidak akan didapatkan dengan cara ilham, ini merupakan khurafat sufi yang sesat, karena amal tanpa ilmu adalah kesesatan. Dan tentu meraih ilmu tanpa belajar adalah angan-angan yang salah.[Diterjemahkan oleh Muhammad Elvi Syam Lc, Dai dan Penerjemah di Islamic Dawa & Guidance Center di Hail. Dari kitab Tsalatsu Muhadharat fil Ilmi Wad Da’wah, Penulis Syaikh Rabi bin Hadi Al Madkhali] Inilah kesesatan jamaah tabligh, kalimat rahasia jamaah tabligh dalam berdakwah, antara kenyataan dan pengakuan. "KALIMAT RAHASIA JAMA’AH TABLIGH" Inilah Kesesatan Jamaah Tabligh 1 - Sudah ma’lum bahwa jama’ah tabligh disingkat JT memiliki 6 dasar atau rukun dakwah, yang di atas 6 rukun inilah para pengikut JT dibai’at dan diatas rukun inilah dilaksanakan dakwah JT, barangsiapa yang keluar dari 6 rukun ini maka dia dianggap keluar dari JT. Enam rukun itu adalah Kalimat thayyibah, yaitu Laa ilaha illallah, Muhammadarrasulullah. Menegakkan shalat Menuntut ilmu dan dzikir Memulyakan kaum muslimin Ikhlas Keluar di jalan Allah Khuruj fi sabilillah Pembahasan 6 rukun JT ini bisa dibaca di dalam buku saya “Menguak Kesesatan Jama’ah Tabligh" MKJT dari halaman 13-43. Didalam mendakwahkan 6 rukun ini, JT memiliki jurus kalimat rahasia sehingga dengan jurus ini mereka mampu menjerumuskan banyak manusia ke dalam kesesatan JT. Apa kalimat rahasia itu? Kalimat rahasia itu adalah “SEGALA SESUATU YANG MENYEBABKAN MANUSIA LARI, YANG MENYEBABKAN MANUSIA BERPECAH BELAH, ATAU BERSELISIH DI ANTARA DUA ORANG, MAKA HARUS DITINGGALKAN KARENA MERUPAKAN PENGHALANG DAKWAH JT, PEMUTUS DAKWAH JT, PENGHANCUR DAKWAH JT.” Maka dengan prinsip inilah dakwah JT bisa berkembang pesat di seluruh dunia melalui bid’ah khuruj model JT. Contoh pelaksanaan kalimat rahasia JT dapat kita lihat ketika para da’i JT sedang berdakwah, padahal mereka belum waktunya berdakwah. Maka setiap da’i JT dibekali supaya memegangi kalimat rahasia ini. Ketika orang JT mau membahas rukun pertama dari rukun 6 rukun JT, mereka juga harus menerapkan 6 jurus ini. Sudah maklum di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwa kalimat tauhid, yaitu kalimat Laa ilaaha illaallah itu mengandung tiga macam tauhid, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma’ was Sifat. Apabila da’i Ahlussunnah membahas kalimat tauhid ini maka mereka membahas dan menyampaikan semua tiga macam tauhid tadi, sehingga jelas dihadapan kaum muslimin siapa ahli tauhid yang sebenarnya dan siapa ahli syirik yang sebenarnya. Hal ini sangat berbeda dengan kelompok JT ketika membahas hanya kepada tauhid Rububiyyah saja, karena ini relatif aman dari munculnya perselisihan dan perpecahan. Sedangkan pembahasan Tauhid Uluhiyyah, maka ini tidak boleh dibahas karena di sana ada Salafy yang sangat anti pada kesyirikan. Salafy yang tidak membolehkan untuk mengadakan Syaddurihal perjalanan safar/bepergian ke kuburan, tidak boleh thawwaf di kuburan, tidak boleh bertawassul dan istighatsah kepada orang sholih yang sudah mati, sementara selain Salafy mereka membolehkan. Maka JT tidak berani membahas Tauhid Uluhiyyah ini karena menyebabkan perselisihan dan perpecahan. JT juga tidak berani membahas tauhid yang ketiga, yaitu Tauhid Asma’ was Sifat karena di sana ada sekian golongan atau kelompok yang berbeda yang tidak bisa dipertemukan, ada kelompok Asy’ariyah, ada kelompok Maturidiyah, ada kelompok Jahmiyah, ada kelompok Hululiyyah ajaran Phanteisme, menyatunya Allah dengan makhluk atau Wihdatul Wujud -dalam bahasa Jawa- dikenal dengan ungkapan Manunggaling Kawulo lan Gusti. Belum lagi disana ada kelompok Salafy yang menentang semua kelompok diatas sehingga JT tidak berani mambahas masalah tauhid ini karena akan menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Demikian juga ketika JT mau mambahas rukun lainnya , rukun ilmu misalnya maka jurus kalimat rahasia ini wajib dipegangi. JT membagi ilmu itu menjadi dua, yaitu ILMU FADHA'IL dan ILMU MASA’IL ilmu fiqih. Ilmu yang pertama yakni Ilmu Fadha'il atau yang lebih dikenal dikalangan mereka Fadhilah 'Amal dianggap lebih aman untuk membahasnya dari timbulnya perselisihan dan perpecahan. Sementara Ilmu Masa’il sangat sarat timbulnya perselisihan dan perpecahan -menurut mereka- karena mereka mendahulukan khuruj daripada thalabul ilmi mencari ilmu. Maka orang JT tidak berani membahas ilmu masa’il dan masalah ilmu masa’il ilmu fiqih ini diserahkan kepada Ulama’ negeri wilayah tersebut. Orang JT cukup dengan ilmu Fadha'il saja. Dan begitu seterusnya, yaitu semua wajib dihindari. Sungguh kalimat rahasia JT ini sangat bertentangan dengan prinsip dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Konsekuensinya, seorang da’i JT harus bisa bermuka banyak dengan mendiamkan kesyirikan yang ada di hadapannya, mendiamkan kebid’ahan dan kesesatan yang ada di hadapannya. Bahkan JT juga menjadi penolong dari perbuatan kemungkaran "Ketika ada orang yang merokok, mereka malah membelikan; ketika ada yang mabuk, mereka malah menyiapkan gelasnya; dan ketika ada orang yang mencukur jenggotnya, mereka yang menyiapkan siletnya pisau cukur. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman “Dan janganlah kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” 42 Adapun da’i Salafy Ahlussunnah Wal Jama’ah, dia menerangkan kepada umat Islam bahaya-bahaya kesyirikan, macam-macamnya, menyeru kepada umat untuk menjauhi syirik dan pelakunya sehingga menjadi jelas dan terang di hadapan umat antara syirik dan tauhid, antara ahli syirik dan ahli tauhid. Da’i Salafy Ahlussunnah Wal Jama’ah juga menerangkan kepada umat bahaya-bahaya bid’ah, macam-macam bid’ah, dan siapa yang disebut ahli bid’ah. Diterangkan kepada umat pentingnya mempelajari dan mengamalkan sunnah, sehingga dengan itu jelaslah di hadapan umat siapa ahli bid’ah dan siapa ahli sunnah, yang keduanya berbeda dan tidak bisa disatukan. Da’i Salafy juga menerangkan kepada umat bahaya perbuatan mungkar dan maksiat dan bahaya tidak ditegakkannya amar ma’ruf nahi mungkar diringkas dari kitab Al-Qhuthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha karya Asy-Syaikh Ibrahim Ibnu Sulthon Al-Adnany, hlm. 7-12 SERIAL KESESATAN JAMAAH TABLIGH Muqaddimah Kalimat Rahasia Jamaah Tabligh Kisah Kelabu Jamaah Tabligh Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh 0% found this document useful 0 votes185 views13 pagesDescriptionjemaah tablighOriginal Titlejemaah tablighCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsTXT, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes185 views13 pagesJemaah TablighOriginal Titlejemaah tablighJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. ArticlePDF AvailableAbstractThe Jamaah Tabligh is a very unique group in their da’wah efforts involving each member of the group. This study aims to find out how the cohesiveness of such a group by studying the Jamaah Tabligh in Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. The theory used in this study is the theory of Groupthink by focusing on the concept of cohesiveness. This study used a descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out using structured interviews on five members of the Tabligh Jamaah and participatory observation. The results showed a high level of individual cohesiveness within the Jamaah Tabligh group measured by four dimensions of cohesiveness including social strength, unity in groups, attractiveness and group collaboration. The cohesiveness was based on the similarity of purpose in da'wah. This cohesiveness has indicated the symptoms of groupthink that appeared in deliberation for decision making in the group. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 258 KOHESIVITAS PADA KELOMPOK JAMAAH TABLIGH Ikbar, Febri Nurrahmi, Hamdani M. Syam Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Syiah Kuala Email Ikbalcayung Abstrak Kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat unik dengan metode dakwah yang mereka lakukan yang melibatkan setiap anggota kelompok tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kohesivitas kelompok pada anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Groupthink dengan menggunakan konsep kohesivitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur terhadap lima orang anggota Jamaah Tabligh dan observasi partisipatif. Hasil penelitian menunjukkan kohesivitas pada kelompok ini tergolong tinggi dilihat dari empat dimensi kohesivitas, yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerja sama kelompok. Kohesivitas kelompok didasari adanya kesamaan tujuan dalam dakwah. Kohesivitas ini mengindikasikan gejala groupthink yang tampak dalam musyawarah untuk pengambilan keputusan dalam kelompok. Kata Kunci Kelompok, Kohesivitas, Jamaah Tabligh Abstract The Jamaah Tabligh is a very unique group in their da’wah efforts involving each member of the group. This study aims to find out how the cohesiveness of such a group by studying the Jamaah Tabligh in Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. The theory used in this study is the theory of Groupthink by focusing on the concept of cohesiveness. This study used a descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out using structured interviews on five members of the Tabligh Jamaah and participatory observation. The results showed a high level of individual cohesiveness within the Jamaah Tabligh group measured by four dimensions of cohesiveness including social strength, unity in groups, attractiveness and group collaboration. The cohesiveness was based on the similarity of purpose in da'wah. This cohesiveness has indicated the symptoms of groupthink that appeared in deliberation for decision making in the group. Keywords Group, Cohesiveness, Jamaah Tabligh Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 259 Pendahuluan Dewasa ini dakwah yang terus berkembang di dalam kehidupan masyarakat menghadirkan berbagai macam metode ijtihad dalam berdakwah yang dipopulerkan oleh banyak kelompok. Salah satunya adalah kelompok Jamaah Tabligh Supriyatno, 2017. Dalam dunia dakwah, Jamaah Tabligh banyak mengalami hambatan dan rintangan yang baik fisik ataupun mental. Di sisi lain, Jamaah Tabligh dipandang negatif karena dianggap melalaikan tugas keluarga. Karena metode dakwahnya yang berbeda dengan kelompok dakwah lainnya, Jamaah Tabligh sering kali dianggap sesat oleh masyarakat awam. Bahkan ada anggota Jamaah Tabligh yang sempat mengalami pengusiran dan ditolak oleh masyarakat Rahman, 2017. Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang berasal dari India. Jamaah Tabligh mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1952, tapi baru mulai berkembang pada tahun 1974 di wilayah Kebon Jeruk, tepatnya di Mesjid Jamik Kebon Jerok Zulfakar dalam Aulia, 2017, p. 27. Jamaah Tabligh telah berkembang di Indonesia yang mempunyai banyak pengikutnya yang tersebar di berbagai kota atau daerah, salah satunya Aceh. Di Aceh, Jamaah Tabligh sudah dikenal sejak tahun 1980. Pada tahun 2000, Montasik ditetapkan sebagai markas besar seluruh Aceh yang amirnya adalah Tengku Raudhi Mahdi dalam AuliaAulia, 2017, p. 28. Saat ini, pusat dakwah Jamaah Tabligh berada di desa Cot Goh yaitu sebuah desa di kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh besar. Hasil penelitian Aulia 2017 pada kelompok Jamaah Tabligh di Cot Goh, Aceh Besar, menunjukkan bahwa aktivitas Jamaah Tabligh tersebut berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist sehingga tidak terdapat kejanggalan ataupun hal-hal yang melenceng dari ajaran Islam. Di Desa Cot Goh ini, sistem koordinasi Jamaah Tabligh dijalankan untuk seluruh jamaah di Aceh. Pada setiap malam Jumat diadakan pertemuan yang dihadiri oleh anggota Jamaah Tabligh. Pertemuan itu disebut dengan uzlah, yakni pengasingan diri untuk beribadah kepada Allah dan belajar ilmu agama. Pelaksanaan ajaran agama, terutama dalam hal ibadah, sangat ditekankan kepada jamaahnya. Salah satu aktivitas dakwah yang dilakukan oleh jamaah adalah khuruj. Khuruj merupakan aktivitas jamaah yang dilakukan di luar lingkungan aslinya untuk berdakwah dan menebarkan ajaran Islam sebagaimana yang mereka yakini Sadiqin dalam Nisa, Husaini, dan Taher, 2017, p. 67. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 260 Konsep khuruj yang dilakukan bersama-sama menyebabkan tingginya intensitas komunikasi terjalin dan kohesivitas dalam kelompok ini. Muliawan 2013 dalam studinya tentang komunikasi kelompok pada The Jakmania UNJ menemukan bahwa komunikasi yang baik dan intensif yang dilakukan di antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan kohesivitas kelompok. Kohesivitas tersebut terlihat dari kekompakan dan solidaritas yang terjalin di antara para anggota kelompok Muliawan, 2013. Kohesivitas merujuk pada keadaan saling suka dan ketertarikan di kalangan anggota di mana anggota bersatu dan punya keinginan untuk menjaga hubungan yang positif, dan ada perasaan esprit de corps Littlejhon dan Foss, 2016, p. 2009. Ruben dan Stewart 2013 mengatakan bahwa keterpaduan kelompok adalah kesatuan di mana anggota-anggota memperoleh semangat tim dan berkomitmen kepada kesejahteraan kelompok. Kohesi berasal dari sikap, nilai dan pola perilaku kelompok-kelompok di mana anggota-anggotanya saling tertarik dengan sikap, nilai dan perilaku anggota lainnya cenderung dapat dikatakan kohesif West dan Turner, 2008. Dalam konteks ini, kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok dakwah yang di dalam kegiatan dakwah sehari-hari mereka sering terlibat interaksi satu sama lain, seperti khidmat terhadap muslim, makan bersama, belajar bersama, dan ibadah bersama. Hal ini merupakan rasa kebersamaan sekaligus mengindikasikan tingginya kohesivitas dalam kelompok tersebut. Kohesivitas yang tinggi menjadi anteseden groupthink dalam suatu kelompok. Janis 1982 mengatakan bahwa ada tiga kondisi yang mendorong munculnya groupthink, yakni kohesivitas kelompok, faktor struktural, dan tekanan kelompok dalam West dan Turner, 2008. Groupthink menunjukkan suatu metode berpikir sekelompok orang yang kohesif solid untuk mencapai kata mufakat. Fenomena tersebut yang dijelaskan dalam teori groupthink oleh Irving Janis berusaha memaparkan keinginan suatu kelompok untuk mencari persetujuan dan mengambil keputusan yang sering kali mengabaikan pemikiran minoritas dan pandangan dari anggota yang berbeda pendapat demi pengambilan keputusan secara mayoritas Mulyana, 2005. Groupthink merupakan salah satu teori komunikasi yang diasosiasikan dengan dinamika komunikasi kelompok. Teori groupthink mencoba mengemukakan tentang rendahnya kepedulian anggota kelompok untuk menilai ide-ide alternatif dari para anggota selain ide mayoritas West dan Turner, 2008. Kelompok yang sangat kohesif biasanya terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 261 Kohesivitas Kelompok Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar Dimensi Kohesivitas • Kekuatan sosial • Kesatuan dalam kelompok • Daya tarik • Kerja sama kelompok baik dalam kelompok sehingga sering mengorbankan proses pembuatan keputusan yang baik Rakhmat, 2015. Dengan kata lain, anggota kelompok sering mengabaikan hal-hal yang ada di pikiran mereka demi menghindari konflik dan menyerahkan semua keputusan pada keinginan mayoritas, meskipun bertentangan. Pada studi ini, peneliti menggunakan teori Groupthink dengan fokus pada konsep kohesivitas sebagai anteseden dalam perilaku kelompok Groupthink. Semakin kuat kohesivitas semakin tinggi kecenderungan munculnya groupthink. Menurut Forsyth 1999, dimensi kohesivitas kelompok adalah kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerja sama kelompok dalam Syahlendra, 2018. Penelitian tentang Jamah Tabligh sudah dilakukan sebelumnya Hasanah, 2014; Mustofa, 2016; Najmudin, 2015; Rahman, 2017; Sari, 2015; Supriyatno, 2017; Tarmizi., 2016. Sementara itu, penelitian tentang Jamaah Tabligh di Aceh belum banyak dilakukan Aulia, 2017; Nisa et al., 2017. Semua penelitian terdahulu lebih menekankan pada aktivitas dakwah Jamaah Tabligh, serta respons masyarakat terhadap kelompok Jamaah Tabligh. Belum ada penelitian mengenai Jamaah Tabligh yang melihat dinamika komunikasi pada kelompok tersebut. Oleh karena itu, studi ini ingin untuk menggambarkan kohesivitas kelompok yang terjadi pada anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Lamme Garot Aceh Besar. Dengan menggunakan teori groupthink, hasil penelitian ini mampu berkontribusi pada kajian komunikasi kelompok. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 262 Metode Penelitian Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sasaran utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh. Subjek penelitian ini yaitu anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi partisipan. Menurut Kriyantono 2006 mengatakan, pada teknik semi struktur pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan. Sementara untuk teknik observasi, penelitia melakukan observasi partisipan dalam kategori pasif. Maksudnya peneliti terlibat langsung dalam keseharian objek penelitian yang sedang diamati, akan tetapi peneliti tidak sepenuhnya terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Informan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih berdasarkan ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel Taher, 2009. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan informan atau subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Anggota yang masih aktif dalam kelompok Jamaah Tabligh Gampong Lamme Garot. 2. Anggota yang pernah mengikuti khuruj selama 3 hari, dengan pertimbangan akan adanya interaksi yang sering bersama ketika khuruj. 3. Anggota Jamaah Tabligh yang sudah bergabung minimal 1 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti mendapatkan lima informan untuk dijadikan subjek penelitian. Tabel 1. Profil Informan Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 263 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka hasil penelitian dianalisis berdasarkan empat dimensi kohesivitas, yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik kelompok, dan kerja sama kelompok. Berikut merupakan deskripsi hasil penelitian berdasarkan keempat dimensi kohesivitas pada kelompok Jamaah Tabligh. Kekuatan Sosial Faktor yang membuat anggota Jamaah Tabligh kohesif adalah dorongan untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang dimaksud berasal dari diri sendiri dan anggota kelompok yang lainnya. Dorongan ini dapat dirasakan apabila individu memiliki alasan kuat dalam dirinya sendiri untuk berada di kelompok tersebut, sedangkan dorongan yang dihasilkan oleh sesama anggota kelompok dapat dirasakan apabila individu memiliki peran ataupun mendapat penilaian yang baik dan dirasa dapat memberikan efek yang positif pada kelompoknya Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Dorongan-dorongan inilah yang menghasilkan sebuah kekuatan yang dinamakan kekuatan sosial. Pertama, adanya dorongan dari dalam dirinya. Dorongan itu kebanyakan datang dari dalam diri informan dengan tujuan bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh ini untuk meningkatkan iman. “Dorongan saya karna perasaan iman yang naik turun, karna semangat dalam agama harus dimulai dengan iman. Maka salah satunya cara untuk menaikkan iman maka bergabung dengan Jamaah Tabligh. Adalah keinginan untuk mengamalkan agama secara sempurna.” Rahmat Risky, wawancara, 12, Februari 2019 Alasan yang kedua yang disampaikan oleh informan yang membuat solid kelompok ini adalah dorongan berupa apresiasi yang didapat oleh setiap anggota kelompok dalam pembagian peran dan tugas. “Kadang-kadang kita jadi makmum dan kadang kadang kita menjadi amir, ini tidak satu ketentuan karena jamaah ini berjalan menurut hasil musyawarah, kalo kita diputuskan menjadi amir ketua dan kadang kita juga diputuskan untuk jadi anggota.”M. Mukhlis, wawancara, wawancara, 18 Februari, 2018 Kesatuan dalam Kelompok Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap individu dalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan komunitasnya serta Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 264 memiliki perasaan kebersamaan Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Perasaan saling memiliki dalam kelompok juga disampaikan oleh informan. Informan merasa kelompok Jamaah Tabligh ini merupakan tanggung jawab bersama untuk dijaga. “Saya merasa bahwa saya bertanggung jawab kepada kelompok ini karna mereka adalah keluarga yang dari kelompok ini yang awal mula saya coba berubah untuk ikut andil dalam menyebarkan dakwah.” Teuku Gufran, wawancara, 20 Februari, 2019 Di tahap kekompakan ini, kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat solid dalam berdakwah. Kekompakan ini dapat kita lihat dari cara mereka berdakwah secara berjamaah. Di samping itu, hampir semua kegiatan yang dilakukan kelompok Jamaah Tabligh secara berjamaah, seperti jaulah, musyawarah, makan berjamaah, khidmad, dan identitas mereka menunjukkan kekompakan mereka. Kelompok ini tidak bicara perkara khilafiyah, politik yang dapat memecah belah kelompok dan menjadi beda pandangan dalam berdakwah. Selain itu, kelompok Jamaah Tabligh menjaga anggota mereka dari pembicaraan politik dalam aktivitas dakwah. “Kelompok Jamaah Tabligh ini sangat luar biasa kompaknya karna kelompok ini tidak bicara masalah dunia, jabatan, khilafiyah, perbedaan pendapat. Kita hanya bicara hanya penting iman dan amal saleh, ajak orang untuk taat pada Allah, bicara tentang tauhid, tentang ibadah mengagungkan Allah dan rasulNya, maka tidak lari dari pada itu insyallah kelompok ini kompak sampai hari kiamat.” M. Mukhlis, wawancara, 18 Februari 2018 “Kekompakan yang ada dalam kelompok ini tentu sangat kuat, seperti kita bisa lihat bahwa kelompok ini sangat mengutamakan ukhuwah dan mengutamakan dakwah dengan lemah lembut. Sehingga banyak preman-preman yang taubat sebab dakwah kelompok ini. Kekompakannya seperti ketika berdakwah selalu dimualai dengan musyawarah, kemudian kekompakan dalam kelompok ini adalah khidmad kepada seluruh umat Islam. Kita makan selalu berjamaah dalam satu wadah seperti contoh makan nabi, tahajud bersama, dakwah bersama, dan silaturrahim kepada setiap anggota kelompok lainnya.” Maulidin, wawancara, Maret 2019 Kesatuan dalam kelompok Jamaah Tabligh ini juga sangat kuat. Berdasarkan pengakuan informan, kesatuan dalam kelompok tersebut ditunjukkan dengan loyalitas yang kuat dari anggota kelompok Jamaah Tabligh ini. “Loyalitas kepada kelompok Jamaah Tabligh ini sangat-sangat besar. Bisa dikatakan loyalitas saya dalam kelompok ini bahwasanya tugas saya dalam Jamaah Tabligh ini adalah tugas sampai mati bahkan niat sampai hari kiamat. Bisa dikatakan dakwah maksud hidup, hidup untuk dakwah, dakwah sampai mati dan mati dalam dakwah itulah maksudnya dalam kelompok Jamaah Tabligh.” T. Armansyah, wawancara, 26 Februari 2019 Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 265 Daya Tarik Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri daripada melihat dari anggotanya secara spesifik. Maksudnya di sini adalah individu akan melihat kelompoknya secara luas atau secara general dibandingkan melihat anggota di dalam kelompoknya tersebut secara spesifik. Kelompok dengan tingkat kohesivitas yang tinggi akan lebih mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri dibandingkan dengan ego pribadi ataupun ego anggota kelompoknya secara spesifik Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018. Keluarga bagi kelompok Jamaah Tabligh juga merupakan prioritas, namun mereka juga selalu memberikan pemahaman kepada keluarganya bahwa usaha dakwah ini adalah menuju kebahagiaan yang sejati. Maka dakwah ini berjalan juga bergantung pada iman, jika iman turun maka saat itu semangat dakwah anggota Jamaah Tabligh tersebut lemah. “Kalo masalah ini biasanya ini masalah iman, apabila iman kita meningkat lebih tinggi maka kita tentu akan lebih memilih berdakwah daripada urusan dunia walaupun keluarga. Tapi apabila iman kita melemah acara keluarga kadang-kadang masalah keluarga ini urusan dunia jadi pasti hati kita, bisikan-bisikan banyak pasti kita akan memilih urusan keluarga dahulu, tergantung pada iman nantinya dan apabila urusan keluarga ini harus menaati ibu maka pastilah dahulukan ibu dulu dari pada berdakwah.” T. Armansyah, wawancara, 26 Februari 2019 Ketertarikan anggota Jamaah Tabligh untuk bergabung dalam kelompok ini bukan karena individu. Menurut mereka watak setiap individu itu berbeda-beda, jadi mereka lebih tertarik pada kelompoknya secara luas dan tertarik pada tugas yang ada pada kelompok ini yaitu dakwah. Bagi mereka kelompok Jamaah Tabligh ini yang membuat hidup mereka bahagia. “Saya sangat tertarik pada kelompoknya karna dalam kelompok ini tidak pernah berbicara tentang pangkat jabatan, tidak pernah bicara politik praktis dalam luar negeri, dan aib masyarakat . Kelompok ini lebih fokus pada mewujudkan agama secara sempurna yang telah ditunjukkan oleh rasullah dalam diri pribadi, keluarga dan seluruh umat. Sehingga menyebabkan tidak ada benturan-benturan dengan kelompok mana pun dan organisasi mana pun. Karna yang dibicarakan asas pada agama yaitu kehidupan Nabi Muhammad.” Rahmat Risky, wawancara, 12 Februari 2018 Ketika ada suatu masalah terjadi dalam kelompok, maka anggota kelompok Jamaah Tabligh akan cenderung melihat hal itu pada individu anggotanya. Menurut mereka ketika ada masalah yang ditunjukkan kepada kelompok Jamaah Tabligh ini maka mereka menganggap bahwa dari segi individunya yang perlu dilihat terlebih dahulu. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 266 “Saya lebih melihat kepada individu, begitulah adab-adab usul ataupun aturan yang tidak tertulis. Dan aturan itu sama dengan Jamaah Tabligh seluruh dunia, adapun ketika ada yang salah maka tidak salah aturannya, yang salah bukan kelompoknya karna kelompoknya sudah mengatur sedemikian rupa agar tertib dakwah yang diajarkan oleh Rasulullah itu dijalankan dengan baik. Ketika tidak dijalankan maka bukan tertibnya yang salah tapi anggotanya yang salah karna belum mempraktikkannya dalam usaha dakwah yang dia lakukan.” Rahmat Risky, wawancara,12, Februari 2018 Kerja Sama Kelompok Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. Pada tingkat kohesi yang tinggi, keinginan setiap anggota kelompok untuk bekerja sama dengan sesamanya berada pada tahap yang tinggi pula, tujuan kelompok tersebut menjadi prioritas utama bagi para anggota kelompoknya Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Dalam suatu kelompok yang memiliki kohesivitas yang kuat tentu juga memiliki kerja sama yang solid dalam kelompok tersebut. Bagi mereka kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat kompak dalam usaha dakwah. “Dalam kelompok ini, banyak hal-hal yang dapat meningkatkan keakraban seperti itu, seringnya kita jaulah, lalu seringnya kita iktikaf dan seringnya kita khuruj di situ kita diajarkan bagaimana kita khidmad, kita di situ juga terangkul dengan makan bersama atau disebut tajammu’ dan juga kita di situ tidur sama-sama di mesjid. Karna frekuensi kebersamaan udah sering, sama-sama belajar dan sama-sama iktikaf di mesjid maka hal-hal tersebut yang meningkatkan keakraban dari kita semua.” Teuku Gufran, wawancara, 20 Februari 2019 Berdasarkan analisis terhadap empat dimensi kohesivitas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kohesivitas pada kelompok Jamah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar tergolong tinggi. Kohesivitas dilihat dari keakraban dalam kelompok Jamaah Tabligh. Elemen pertama yang menjadi tolok ukur kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh adalah kekuatan sosial. Ketika mereka sudah mengatakan bahwasanya dengan mengikuti kelompok Jamaah Tabligh ini adalah untuk mengamalkan agama secara sempurna, dikarenakan iman yang naik turun tiap harinya maka mereka menjaganya dengan cara bergabung dalam kelompok Jamaah Tabligh agar selalu taat dalam dakwah untuk menjaga iman. Dorongan untuk bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh itu murni datang dari dalam diri setiap anggota untuk memperbaiki kondisi iman yang naik turun. Informan penelitian ini awal mulanya bukan seorang yang taat beragama. Namun setalah bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh maka timbul semangat dalam Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 267 beragama yang menggebu-gebu, itu bisa dilihat dari perubahan cara berpakaiannya yang drastis, kalau sebelum bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh masih memakai kaos dan setelah bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh informan tersebut selalu menggunakan jubah. Tujuan utama mereka bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh ini adalah untuk dakwah agama khususnya bagi dirinya sendiri dan kemudian kepada umat Islam keseluruhan. Dalam setiap dakwah, mereka selalu diingatkan untuk selalu memperbaharui niat karena Allah semata sebagai tujuan dari dakwah yang mereka lakukan. Ketika mereka diberikan tugas oleh amir dakwah ke suatu tempat maka mereka akan mematuhi perintah tersebut. Ketika mereka berdakwah ke suatu daerah yang terpencil maka mereka juga akan diberikan apresiasi berupa pengakuan oleh anggota kelompoknya sebagai pejuang agama Allah yang tangguh. Menurut pengamatan peneliti, anggota-anggota yang bersungguh-sungguh dalam usaha dakwah sangat diapresiasi. Elemen kedua yaitu kesatuan dalam kelompok. Menurut penjelasan dari pada informan, mereka sangat bertanggung jawab dalam amanah menyebarkan dakwah ini. Bahkan kelompok Jamaah Tabligh ini sudah dianggap sebagai keluarga dunia dan akhirat bagi setiap anggota. Kelompok Jamaah Tabligh sangat kompak dan terhindar dari perbedaan pendapat antar sesama anggotanya dikarenakan dalam kelompok Jamaah Tabligh ini dilarang berbicara masalah politik dan khilafiyah dalam dakwah. Informan sangat loyal terhadap kelompok Jamaah Tabligh ini, bahkan tujuan mereka dalam dakwah Jamaah Tabligh ini adalah tugas yang akan dipegang sampai mati oleh setiap anggota. Elemen ketiga adalah daya tarik yang ada pada setiap anggota pada kelompok Jamaah Tabligh. Informan dalam penelitian ini lebih memilih urusan dalam kelompok Jamaah Tabligh daripada urusan keluarga yang tidak penting kecuali urusan keluarga itu menyangkut dengan maksiat kepada Allah seperti taat kepada orang tua, maka taat kepada orang tua merupakan bagian dari jihad dalam berdakwah. Informan lebih tertarik melihat kelompok Jamaah Tabligh ini secara keseluruhan dibanding hanya melihat pada personal anggotanya. Alasannya karena mereka cenderung kepada kekompakan kelompok dibanding memilih untuk melihat pada personal anggota kelompok. Ketika terjadi masalah maka mereka akan melihat pada individu kelompoknya apakah sudah mengikuti aturan kelompok, maka kelompok Jamaah Tabligh sangat menekankan pada kekompakan dan persatuan dalam kelompok. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 268 Elemen keempat dalam kohesivitas yaitu kerja sama dalam kelompok. Kerja sama yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh ini sangat erat dikarenakan mereka selalu berdakwah secara bersama. Informan dalam penelitian ini menyebutkan banyak kerja sama dalam kelompok Jamaah Tabligh salah satunya adalah dakwah, dan yang paling membuat akrab yaitu ketika khidmat dalam kelompok seperti saling bantu-membantu dalam dakwah, makan bersama, tidur bersama dan memerhatikan anggota kelompok yang sedang berjamaah keluar negeri selama empat bulan dengan memberikan makan dan menjenguk untuk memberikan kebahagiaan. Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, yaitu dengan observasi partisipatif bahwa setelah peneliti mengamati kelompok Jamaah Tabligh dan menemukan ada beberapa aktivitas dari kelompok Jamaah Tabligh yang dapat menimbulkan kohesivitas pada kelompok. Adapun beberapa kegiatan tersebut adalah seperti makan berjamaah dalam satu talam atau tempat makan tanpa jijik sedikit pun, kemudian saling memijat badan ketika selesai dakwah untuk menghilangkan kelelahan antar sesama anggota Jamaah Tabligh, dan musyawarah dalam kegiatan dakwah. Berdasarkan hasil observasi peneliti maka kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh sangat padu. Ditinjau dari segi komunikasi maka kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh ini merupakan bentuk komunikasi kelompok di mana di dalamnya ada interaksi tatap muka antara tiga atau lebih, dengan tujuan yang sudah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya yang lain secara cepat Burgon dalam Wiryanto., 2005. Hal yang menarik dari penelitian ini adalah temuan bahwa kesamaan visi serta kecintaan dalam dakwah menjadi faktor penentu tingginya kohesivitas dalam kelompok Jamah Tabligh tersebut. Hal ini sejalan dengan McShane dan Von Glinow 2003 yang menyebutkan bahwa faktor kesamaan mempengaruhi tingkat kohesivitas di dalam suatu kelompok. Dalam konteks ini, agama khususnya keinginan untuk berdakwah menjadi kesamaan antar anggota kelompok Jamaah Tabligh Syahlendra, 2018, pp. 39-40. Akan tetapi, kohesivitas yang terjalin dalam kelompok ini menunjukkan gejala groupthink. Gejala groupthink muncul terlihat di lingkup para anggota presidium ketika melakukan kegiatan-kegiatan untuk proses pengambilan keputusan, khususnya pada saat musyawarah. Para anggota kelompok cenderung mencari mufakat dalam pengambilan keputusan. Sehingga antar anggota Jamaah Tabligh cenderung malu dan takut Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 269 mengeluarkan pendapat mereka karena takut tidak diterima oleh pemimpin. Hasil penelitian ini sejalan dengan asumsi teori Groupthink dalam West dan Turner, 2008 bahwa kohesivitas kelompok yang tinggi akan mengarah pada groupthink di mana anggota kelompok cenderung untuk mencapai kata mufakat adanya kebulatan suara saat merumuskan satu keputusan di dalam kelompok sehingga mengabaikan pendapat alternatif dari anggota kelompok. Penutup Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa adanya kohesivitas yang tinggi dalam kelompok Jamaah Tabligh yang membuat kelompok ini semakin kompak dan akrab dalam berdakwah. Kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh di ukur dari empat dimensi kohesivitas, yaitu kesatuan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik, dan kerja sama kelompok. Kohesivitas kelompok tersebut didasari oleh kesamaaan untuk berdakwah secara bersama-sama hingga mati. Anggota Jamaah Tabligh ini menganggap bahwa dakwah adalah tujuan hidup sehingga mereka disatukan dalam usaha dakwah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh mengarah pada gejala groupthink yang terlihat pada saat musyawarah untuk pengambilan keputusan. Daftar Pustaka Aulia, M. 2017. Jamaah Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot Goh, Aceh Besar. Thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh. Retrieved from Hasanah, U. 2014. Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh. Jurnal Indo-Islamika, 41, 21-44. Kriyantono, R. 2006. Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta PT. Kencana Perdana. Littlejhon, S. W., & Foss, K. A. 2016. Ensiklopedia Teori Komunikasi. Jakarta Kencana. McShane, S., & Von Glinow, M. 2003. Organizational Behaviour. America McGraw Hill. Muliawan, T. 2013. Komunikasi Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. Thesis, Universitas Sultan Ageng Tritayasa, Serang. Retrieved from Mulyana, D. 2005. Ilmu komunikasi Suatu pengantar. Bandung PT. Rosda Karya. Mustofa, M. B. 2016. Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh dikalangan Wanita dalam pebinaan keluarga Muslim di Kota Bandar Lampung. Thesis, Institut Agama Islam Negri Raden Intan Lampung, Lampung. Retrieved from Najmudin, M. 2015. Strategi Jama‟ah Tabligh untuk Mempertahankan Eksistensinya atas Respon dari Globalisasi di Inggris. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Retrieved from Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 270 Nisa, K., Husaini, & Taher, A. 2017. Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, 21. Rahman, A. 2017. Pengaruh Metode Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Peningkatan Shalat Berjamaah Anggotanya Di Kasomberang Pacci’nongan Kabupaten Gowa. Skripsi, UIN Alauddin Makassar, Makassar. Retrieved from Rakhmat, J. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda Karya. Ruben, B. D., & Stewart, L. 2013. Komunikasi dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo Persada. Sari, N. 2015. Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh di Palembang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang. Retrieved from Supriyatno, E. 2017. Jamaah Tabligh Yogyakarta 19188-2014 studi sejarah dan aktivitas keagamaan. Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Retrieved from Syahlendra, R. 2018. Gejala Grouphink Pada Organisasi Mahasiswa Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groupthink Pada anggota Presidium Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara. Retrieved from Taher, A. 2009. Metode Penelitian Sosial. Banda Aceh Syiah Kuala University Press. Tarmizi. 2016. Metode Dakwah Jamaah Tabligh dalam meningkatkan Silaturrahmi dengan Masyarakat. Skripsi, Universitas Islam Negri Sultan Syarief Kasim, Riau. West, R., & Turner, H. L. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta Salemba Humanika. Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta PT. Grasindo Anggota IKAPI. ... Kata jamaah tabligh dimaknakan sebagai "kelompoj penyampai". Dalam Bahasa Urdu di sebutkan dengan istilah ‫جماعت‬ ‫تبليغ‬ dalam Bahasa Arab disebutkan ‫التبليغ‬ ‫,جماعة‬ kemudian mereka juga dikenal dengan kelompok pendakwah yang tidak hanya melakukan secara mimbar juga secara social Ikbar et al., 2019. ...Mawardi MawardiHadis merupakan ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Rasulullah Saw. Dalam Islam, hadis mempunyai peran penting sebagai norma dalam membentuk hokum. Social, dan budaya. Oleh karena posisinya yang sangat menentukan setelah AlQuran, semua umat Islam berupaya menjadikan hadis sebagai legalitas tindakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menjadikan hadis sebagai legalitas ideology keagamaan. Kajian ini focus pada hadis dikalangan jamaah tabligh dengan menelaah dari proses pembentukan hokum hingga legaltas ideologis. Persoalan penting dalam kajian ini, bagaimana jamaah tabligh memahami hadis untuk diterapkan dalam kehidupannya? Dan bagaimana penginternalisasi hadis dalam menegosiasikan social jamaah dengan norma-norma yang dijelaskan dalam hadis? Dari kajian ini didapakan bahwa jamaah tabligh menjadikan hadis sebagai Sunnah yang hidup dalam keseharian. Penggunaan pakaian gamis merupakan bentuk nyata dari upaya menghidupkan Sunnah. Dalam hal ini, telihat bahwa proses penginterasian terlihat kreativitas jamaah terhadap model pakaian yang digunakan... "Sacrifice" As Form of DakwahHarifuddin Halim 1 , Ahmad Usman 2 , Asmirah 3 , Muhammad Masdar 4 56 There are many studies on Jamaah Tabligh groups in various perspectives, such as research by Kurniati and Harifuddin on Jamaah Tabligh Da'wah Communication Abidin & Halim, 2019. Abdillah's research Abdillah, 2018 about the influence of the preaching of the tabligh congregation in development in Lombok, research by Ikbar, et al on the social cohesiveness of the Tabligh Jamaah group in Malang City Ikbar et al., 2019. However, research on the application of the concept of sacrifice in this group has not been done and it is interesting to explore and study. ...Harifuddin HalimAhmad UsmanAsmirah AsmirahMuhammad MasdarThis study aims to reveal the forms of sacrifice as a model of preaching carried out by members of the Tabligh group. They do this as a manifestation of their belief in the Islamic religion that they profess. This study used a quantitative method with a survey approach to the Tablighi group. This approach is appropriate in expressing one focus of study, namely sacrifice as a model for group da'wah. The data was collected using a questionnaire to 25 members of the Tabligh group related to the 'sacrifice' da'wah model they carried out. The results showed the form of sacrifice as a model of da'wah in their beliefs in the form of sacrifice of time, sacrifice of work, sacrifice of family, sacrifice of wealth, sacrifice of self, and sacrifice of feelings. They think all of these things are material that must be sacrificed to get a reward from Allah SWT.... Pada tingkatan kohesi yang tinggi, keinginan daripada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama dengan teman kelompoknya berada pada tahapan yang tinggi juga, sehingga tujuan kelompok tersebut menjadi prioritas utama bagi para anggota kelompok. Tentu jika dalam suatu kelompok mempunyai tingkat kohesivitas yang kuat, maka sudah barang tentu juga memiliki kerja sama yang solid dalam kelompok tersebut Ikbar et al., 2019. Kohesivitas kelompok mahasiswa yang bermukim diperkotaan dapat dilihat dari organisasi yang mereka ikuti, baik itu organisasi internal kampus maupun eksternal kampus seperti organisasi perkumpulan mahasiswa perantau. ...Murniati Mohammad SalehudinThis study aimed to find out how the cohesive profile of student groups living in urban areas is. This research uses a qualitative approach to literature Library Research, namely by collecting data related to the theme of the research problem using Google Scholar and set 24 journal articles as data sources, then analyzed with descriptive qualitative. The results of the study found that the mobility of people moving to the city was unavoidable. It was the movement of students to continue their higher education in urban areas, approaching the college campus while students were studying. Group cohesiveness is an essential part for students who live in urban areas. Students are expected to be able to establish interactions between their fellow groups in order to achieve the group's goals. The cohesiveness of student groups living in urban areas can be seen from the organizations they participate in, both internal and external campus organizations. The level of cohesiveness will significantly affect organizational commitment. It depends on how far the group's goals are similar to the organization. Group cohesiveness is established through interactions in the form of good communication between group members. The existence of mutual liking and having a sense of mutual interest will make the group ÂAbdul KarimThis paper aims to find out the practice of khuruj fi sabilillah as a Sufism movement run by Jamaah Tabligh and to know the style of the khuruj fi sabilillah movement from the perspective of the Islamic renewal movement in the city of Palembang. This research is field research with primary data sources from observation, interviews, and documentation. Meanwhile, in data analysis techniques, the authors use the method proposed by Miles and Huberman. This study found that the tablighi congregation presented a new typology in the Islamic renewal movement moderate radicalism with a Sufistic nuance. This study also found new facts, namely three periods of movement; the introduction period 1965-1985, consolidation period 1985-1992, and expansion period 1992-present. The teachings of Sufism carried out by Jama'ah Tabligh are believing in and realizing the essence of the sentence of thayyibah, khusyu' and khudu' prayers, knowledge, and remembrance, glorifying Muslims, improving intentions, and da'wah ilallah. This research is expected to make an academic contribution to the treasures of Islamic science, especially in the field of Sufism. It is expected to be able to enlighten the public about the Sufism movement or khuruj fi sabilillah, which the Tablighi Jamaat runs. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui praktik khuruj fi sabilillah sebagai gerakan sufisme yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh serta mengetahui corak gerakan khuruj fi sabilillah perspektif gerakan pembaharuan Islam di kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan sumber data primer yang dihasilkan dari proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam teknik analisis data, penulis meggunakan metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Penelitian ini menemukan bahwa jama’ah tabligh menampilkan tipologi baru dalam gerakan pembaharuan Islam, yaitu radikalisme-moderat yang bernuansa sufistik. Penelitian ini juga menemukan fakta baru, yaitu tiga periodisasi gerakan; periode perkenalan 1965-1985, periode konsolidasi 1985-1992, dan periode ekspansi 1992-sampai sekarang. Adapun ajaran tasawuf yang dijalankan oleh Jama’ah tabligh ialah meyakini dan mewujudkan hakikat kalimat thayyibah, salat khusyu’ dan khudu’, ilmu dan zikir, memuliakan umat muslim, memberbaiki niat, dan dakwah ilallah. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis bagi khazanah ilmu keislaman khususnya di bidang ilmu tasawuf serta diharapkan mampu memberi pencerahan kepada masyarakat tentang gerakan sufisme atau khuruj fi sabilillah yang dijalankan oleh Jamaah EndariyantonoEffy Wardati MaryamThis study aims to identify and provide an explanation of the description of group cohesiveness in the Sidoarjo mangan community. This research method is descriptive quantitative with the subject of volunteer members in the Sidoarjo mangan community, totaling 138 people. Determination of the subject using a saturated sampling technique. Saturated sampling technique is a sampling technique when all members of the population are used. The variable in this study is group cohesiveness. The data collection in this study used a psychological preparation scale, namely the Likert scale for the group cohesiveness variable made by the researcher. Analysis of the data in this study using the help of SPSS forum windows and Microsoft Excel. The results of data analysis showed that volunteer members of the Sidoarjo mangan community had group cohesiveness in the medium category with a percentage value of which means that volunteer members were able to bring about group cohesiveness when they were in the Sidoarjo mangan community. Abrar AbrarCovid-19 pandemic, which struck the world globally and rapidly, has caused significant fatalities. The government has implemented strict health protocols to suppress the spread of coronavirus. The reckless attitude of Tablighi Jamaat to hold “ijtima” amidst the massive spread of the virus is considered as an anomaly in preventing the Covid-19 pandemic and contradicts with the Fatwa of MUI Indonesian Ulama Council No. 14 of 2020 regarding the Implementation of Worship during Covid-19 Condition. This paper aims to find out the attitude of Tablighi Jamaat toward pandemic from the perspective of ḍarūrah Naẓariyyat al-Ḍarūrah theory by Wahbah al-Zuḥaylī. The writer gives a critical note of the arguments expressed by the Tablighi Jamaat and trying to show a more enlightening reconstruction of the fiqh Islamic law paradigm. The results of the study show that Tablighi Jamaat is a religious group that does not care about Covid-19. This attitude was triggered by the assumption that the existence of coronavirus is still in doubt. The doubt generates the understanding of fiqh that has not considered the corona issues as the udhr category, which allows rukhṣah and abort the original law aẓīmah, either in mashaqqah or ḍarūrah. The article assumes that the religious group’s narration that ignored the Covid-19 gives its members the feeling of peace and comfort, but it is counter-productive with the attempt to prevent the spread of Covid-19. It is necessary to reconstruct the fiqh paradigm to bring together science and religion, which is marked by the application of religious reasoning and sciences at the same time. Arianto AriantoThe purpose of this study was to understand the cohesiveness of the da'wah communication of veiled women in the guidance of Islamic teachings. It closely relates the perception of cohesiveness to the sensation component of the collectivity of group members. For example, communication, collectivity, cooperation, common goals, and interdependence of group members. The research method used is descriptive qualitative, case study research type. The subject of the study were 6 female informants, representatives of Hasanuddin University students who wore a veil in their daily life. The collected data were analyzed inductively. The result that the cohesiveness of veiled women's dakwah communication includes aspects of interpersonal communication cohesiveness, commitment cohesiveness, and cohesiveness aspects of achieving common goals. This aspect of cohesiveness focuses his life on life after death. This also makes them have a strong, cooperative, and sincere character together. The cohesiveness of da'wah communication to continually learn with Islam. It veils the research implication of the cohesiveness of women on equality for preaching, da'wah is the purpose of life so it unites them in da'wah penelitian ini adalah untuk memahami kohesifitas komunikasi dakwah kelompok wanita bercadar dalam tuntunan ajaran Islam. Persepsi kohesifias sangat terkait dengan komponen sensasi kolektifitas anggota kelompok. Seperti, komunikasi, kolektifitas, kerjasama, tujuan bersama, dan saling ketergantungan anggota kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, tipe penelitian studi kasus case study. Subjek penelitian wanita bercadar sebanyak 6 informan, representatif mahasiswi Universitas Hasanuddin yang mengenakan cadar dalam keseharian. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis secara induktif. Hasil penelitian bahwa kohesivitas komunikasi dakwah wanita bercadar meliputi aspek kohesifitas berkomunikasi interpersonal, aspek kohesifitas berkomitmen, dan aspek kohesifitas pencapaian tujuan bersama. Aspek kohesifitas ini memfokuskan kehidupannya untuk kehidupan sesudah mati. Hal ini juga menjadikan mereka memiliki karakter bersama yang kuat, bekerjsama, dan ikhlas. Kohesifitas komunikasi dakwah dalam upaya keinginan belajar bersama Islam secara terus menerus. Impilikasi penelitian kohesifitas wanita bercadar pada kesamaaan untuk berdakwah, dakwah adalah tujuan hidup sehingga mereka disatukan dalam usaha Bisri MustofaSince the emergence of the Transnational Da'wah Movement such as the TablighiJama'at, it has created contradictions about the Law of Providing both birth and mentalityto the family left in the Khuruj fii sabilillah program Exiting the Way of Allah to preachthe ummah from house to house, mosque to mosque, inviting listen to Muslims religiouslectures and invite to pray in congregation in the mosque. From the development ofJama'ah Tabligh's missionary movement in Indonesia, this movement has experiencedquite rapid development. Not only is the movement that has a strong community, it ismarked by the presence of da'wah markers da'wah centers in each of the Provinces andDistricts of the City. But in the development of the da'wah movement there are severalthings that become contradictions in the family, in this case the provision of income forchildren and wives who are left behind when their head of household implements Khurujfii sabilillah for 3 days, 40 days and 4 months. Therefore, this paper takes the theme of theLaw of Livelihood Against Families in the Tabligh Jama Da'wah Movement in acomprehensive HasanahJamaah Tabligh is a transnational preaching movement that originated in India. The movement was introduced to Indonesia in 1970s and established Masjid Jami’ in Kebon Jeruk Jakarta as its headquarters. The members of Jamaah Tabligh referred to kitab Fadailul A’mal which teaches innovations in Islamic propagations. Some of their preaching traditions included outdoor preaching khuruj dan khillah and the method to invite people to do good deeds Jaulah. They have Amir as their leader and use the mosque as their center of da’wa activities. Using Diffusion of Information and Influence Theory, the article discusses the existence of the Jamaah Tabligh community and the public’s responses toward the Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot GohM AuliaAulia, M. 2017. Jamaah Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot Goh, Aceh Besar. Thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh. Retrieved from McshaneM Von GlinowMcShane, S., & Von Glinow, M. 2003. Organizational Behaviour. America McGraw Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. ThesisT MuliawanMuliawan, T. 2013. Komunikasi Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. Thesis, Universitas Sultan Ageng Tritayasa, Serang. Retrieved from komunikasi Suatu pengantarD MulyanaMulyana, D. 2005. Ilmu komunikasi Suatu pengantar. Bandung PT. Rosda Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh BesarK NisaHusainiA TaherNisa, K., Husaini, & Taher, A. 2017. Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, 21.Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda KaryaJ RakhmatRakhmat, J. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo PersadaB D RubenL StewartRuben, B. D., & Stewart, L. 2013. Komunikasi dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo Islam Negeri Raden PatahN SariSari, N. 2015. Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh di Palembang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang. Retrieved from Por que orar? Você deve orar? Para responder orações Deus não precisa fazer milagres. Será que Deus ouve nossas orações? A Bíblia nos garante que Deus ouve nossas orações quando oramos do jeito que ele espera. Oração — por quê? Poucos assuntos na Bíblia despertam tanto interesse e curiosidade. Mas é mesmo necessário orar? Por que orar? Será que Deus vai me responder? Se Deus vai responder às suas orações ou não dependerá muito de você. Como orar O que podemos fazer para Deus ouvir nossas orações? Você pode falar com Deus em qualquer lugar e a qualquer hora, em voz alta ou em silêncio. Jesus nos ensinou sobre que assuntos podemos orar. O que a Bíblia diz sobre oração? Será que é correto orar a anjos ou a santos? Pelo que posso orar? Descubra por que nossos assuntos pessoais não são insignificantes para Deus. Continue orando para receber as bênçãos de Deus De que maneira nós podemos orar para que Deus nos ouça e nos abençoe? Por que algumas orações não são atendidas? Assim como um pai amoroso, Deus fica feliz em ouvir nossas orações. Mas ele atende a todos os nossos pedidos? Por que Deus não responde a algumas orações? Saiba que tipo de orações Deus não responde e que tipo de pessoas Deus não ouve. Devemos orar a Jesus? O próprio Jesus respondeu a essa pergunta. Por que orar em nome de Jesus? Veja por que Deus é honrado quando oramos em nome de Jesus e como podemos mostrar respeito por ele. Devo orar aos santos? Saiba o que a Bíblia diz sobre a quem devemos orar.

doa musyawarah jama ah tabligh